Istilah nyengkuyung berasal dari bahasa Jawa yang berarti gotong royong. Film ini menceritakan seorang mantan ketua RT yang bernama Pak Suratno atau kerap dikenal Pak Surat. Beliau adalah contoh orang tua yang sangat ingin tahu dengan perkembangan zaman, khususnya dunia elektronik dan digital, sehingga mempunyai ide untuk membuat video pentas gamelan.
Ide tersebut didapatkan dari situasi pandemi yang belum usai dan pementasan gamelan di daerahnya tidak pernah berjalan lagi. Akan tetapi, ide tersebut tertahan karena pendopo yang berisi gamelan tidak bisa digunakan olehnya. Di sisi lain ternyata Pak Hari, ketua RT yang baru, telah menerapkan ide yang sama dengan Pak Surat dan mengajak remaja di daerahnya untuk membuat video pentas gamelan di pendopo lalu diunggah di media sosial.
Karya dari Wahyu Agung Prasetyo ini memberikan gambaran yang relevan dengan kehidupan masyarakat, di mana Pak Surat sebagai mantan ketua RT tidak menyukai Pak Hari yang telah menjabat sebagai ketua RT baru sehingga Pak Surat selalu menaruh kecurigaan kepada Pak Hari. Terdapat adegan Pak Surat yang menuduh Pak Hari menyalahgunakan posisi sebagai ketua RT untuk kepentingan pribadi seperti beberapa petinggi di Indonesia, tetapi Pak Hari dapat menjelaskan yang sebenarnya kepada Pak Surat.
Film Nyengkuyung ini mendapat banyak perhatian sampai 127.000 penonton di Youtube Netflix Indonesia dan 17.000 penonton di Youtube Ravacana Films. Film Nyengkuyung bukanlah film pertama yang diproduksi oleh Ravacana Films. Sebelumnya sudah ada Tilik yang booming pada tahun 2020. Ravacana Films yang didirikan pada tahun 2015 di Kab. Bantul, Yogyakarta, merupakan sebuah production house yang sudah banyak menuai penghargaan dan pujian. Mereka berfokus pada film, komersial, dan series.
