Tempat berkumpul para Filmmaker. Berbagi Ilmu, Cerita dan Berita

7 Sutradara Perempuan Indonesia

“Film sebagai mimpi, film sebagai musik. Tidak ada seni yang melampaui nurani kita seperti film, dan langsung menuju perasaan kita, jauh ke dalam ruangan gelap jiwa kita” – Ingmar Bergman –

Dalam memproduksi sebuah film, pasti ada tim hebat yang bekerja di balik layar, salah satunya sutradara. Ia memiliki peran yang sangat penting untuk memegang kontrol produksi film mulai dari keaktoran, tata visual, suara hingga musik, oleh karena itu sutradara sangat menentukan keberhasilan film. Nah, disini kita akan membahas 7 sutradara perempuan di Indonesia. Penasaran banget kan? Yuk simak! >.<

1. Nia Dinata

Film: Arisan, Berbagi Suami, Perempuan Punya Cerita, Ca Bau Kan

Nia Dinata merupakan wanita keturunan sunda dan minang. Ia lahir di Jakarta pada tanggal 4 Maret 1969. Siapa sangka bahwa Nia Dinata merupakan cucu Otto Iskandar Dinata, Pahlawan Nasional Indonesia yang dijuluki “Ayam jantan”. Wanita paruh baya ini pertama kali mendirikan perusahaan film independent kalyana shira film pada tahun 2000. Hingga saat ini ia sudah banyak meraih penghargaan salah satunya meraih Best Feature Film “Berbagi Suami” pada Festival Film Internasional Hawai tahun 2006. Film itu unggul karena kekuatan penyampaian cerita, akting pemain, dan pemahaman persoalan sosial politik di Tanah Air

2. Nursita Mouly Surya

Film: Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak, Fiksi, When They Talk About Love

Nursita Mouly Surya merupakan sutradara yang lahir di Jakarta, 10 September 1980. Wanita ini memulai membuat film pada saat kuliah di Melbourne, Australia bersama teman Indonesianya disana. Motivasi terbesarnya bergerak di dunia film sebagai sutradara adalah karena semata-mata ingin terus bisa memproduksi film. Film yang diproduksi wanita ini banyak meraih penghargaan, salah satu yang terbaru yaitu pada 13 Agustus 2021 filmnya “Perang Kota” mendapat subsidi Aidex aux cinemas du monde dari Kementerian Kebudayaan dan Kementerian Luar Negeri Prancis. Adaptasi dari novel “Jalan Tak Ada Ujung” (1952) dari Mochtar Lubis 

3. Djenar Maesa Ayu

Film: Mereka Bilang, Saya Monyet!

Djenar Maesa Ayu yang akrab dipanggil Nai merupakan wanita kelahiran Jakarta, 14 januari 1973. Ia merupakan sastrawan sekaligus sutradara. Ia lahir dari keluarga berdarah seni, ayahnya Sjumandjaya adalah seorang penulis dan sutradara terkemuka, sedangkan ibunya Toety Kirana adalah aktris era 1970-an. Nai dari kecil memang suka menulis, hingga ia tumbuh dewasa banyak novel yang dihasilkannya salah satunya adalah “Mereka Bilang, Saya Monyet!” yang kemudian digarap menjadi film yang disutradarai oleh dirinya sendiri.

4. Sammaria Simanjuntak

Film: CIN(T)A, Demi Ucok

Sammaria Simanjuntak merupakan wanita kelahiran Bandung pada 4 Mei 1983. Ia merupakan lulusan ITB jurusan arsitek, dulunya ia merasa salah jurusan hingga pada akhirnya bisa menemukan jati dirinya sendiri dan mulai bergelut di dunia film dengan karya pertamanya yaitu “CIN(T)A”. Kemudian, ia membuat film kedua yang berjudul “Demi Ucok”, film ini rilis pada 2012 dan meraih 8 nominasi pada acara Festival Film Indonesia 2012.

5. Kamila Andini

Film: Rahasia Dibalik Cita Rasa, the Mirror Never Lies, Sekala Niskala

Kamila Andini merupakan anak sutradara Indonesia yang bernama Garin Nugroho dan juga memiliki seorang suami sutradara bernama Ifa Isfansyah. Ia merupakan wanita kelahiran Jakarta, 6 Mei 1986. Selama menjadi sutradara, banyak film yang sudah ia produksi dan meraih penghargaan, salah satunya film “Sekala Niskala” yang berhasil kembali masuk nominasi Piala Citra di FFI 2017. Film tersebut juga dinominasikan di Festival Film Internasional Toronto, Festival Film Internasional Shanghai, dan Festival Film Internasional Berlin.

6. Pritagita Arianegara

Film: Salawaku

Pritagita Arianegara merupakan wanita Surakarta yang lahir pada 23 November 1976. Ia telah bekerja sebagai Script Continuity dan asisten sutradara selama 12 tahun sebelum ia menjadi sutradara. Ia mengalami masa kejayaan pada tahun 2016 karena ia debut menjadi sutradara film Salawaku. film ini masuk dalam program Asian Future, film produksi Kamala Pictures ini tayang untuk pertama kalinya di Tokyo

7. Nan T. Achnas

Film: Kuldesak, Pasir Berbisik, The Photograph

Nan Achnas merupakan wanita yang lahir di singapura pada tanggal 14 Januari 1963, keturunan Minangkabau asal Kota Padang Panjang. Nan Achnas merupakan salah satu sutradara wanita berprestasi yang banyak meraih penghargaan di dunia film pada festival-festival film internasional karena ia juga bekerja sebagai sutradara di Singapura dan Malaysia. Salah satu penghargaan yang pernah ia raih adalah  The Photograph di rilis tahun 2007, skenarionya mendapatkan empat grant dari Fond Sud-Pemerintah Prancis, Goteborg International Film festival, Prince Claus Award-Belanda, dan Locarno International Film Festival.

Keren banget kan 7 sutradara diatas! <3 Mereka banyak meraih prestasi loh hingga saat ini. Hal ini juga yang membuat film Indonesia semakin maju dan berkembang. Setelah membaca artikel di atas, apakah kamu semakin termotivasi untuk menjadi sutradara? Oiya, jangan lupa ditonton karya-karya mereka ya! 😀

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts