Kisa pertempuran yang terjadi di Surabaya kemudian dikenal dengan sebutan peristiwa 10 November yang pernah dibuat film dokumenter berjudul Soebaja 45 hasil karya sutradara Imam Tantowi yang menggambarkan kisah heroik para pejuang kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.
Film Soerabaia 45 menceritakan tentang kemarahan rakyat Surabaya yang meledak begitu mengetahui bahwa pasukan Sekutu membawa misi mengembalikan Indonesia kepada Belanda. Pemuda-pemuda Surabaya kemudian membentuk gerakan Merah Putih untuk menuntut Kemerdekaan RI. Kisah perang yang kemudian terkenal dengan sebutan peristiwa 10 November di Surabaya. Perlawanan bersenjata pun dikobarkan hingga terbunuhnya pimpinan tentara Inggris di Jawa Timur yaitu Brigadir Jenderal Mallaby.
Kisah tokoh Bung Tomo yang membakar semangat masyarakat Surabaya, perobekan bendera Belanda, sampai tertembaknya Jendral Inggris yang mampu dikemas dalam film ini. Soebaja 45 seolah-olah memutar ulang kisah tahun10 November 45 dari kacamata rakyat biasa.
Film ini secara jelas menggambarkan upaya perjuangan kemerdekaan untuk menghalau serangan tentara Inggris dan sekutunya di Surabaya, 10 November 1945.
Walaupun film Soerabaja 45 yang diproduksi pada tahun 1990 masih kalah populer dari film-film bertema perjuangan kemerdekaan lainnya, seperti macam Janur Kuning (1980) atau Serangan Fajar (1981). Namun film ini mampu meraih sejumlah penghargaan di Festival Film Indonesia (FFI) 1991 dalam kategori sutradara terbaik, dewan juri FFI 1991 untuk Film yang menggambarkan semangat juang Indonesia, serta Unggulan FFI 1991 untuk Film, Cerita, Skenario, Fotografi, Editing, Musik, Suara dan Artistik.
Film Soerabaja 45 dibintangi musisi balada, Leo Kristi sebagai Bung Tomo, kemudian Anneke Putri, Nyoman Swadayani, Usman Effendi, dan lain-lain. Dengan panjang durasi 123 menit, film yang diproduksi Inter Pratama Studio dan Cinema City ini dirilis 11 Januari 1990.
Film ini digarap langsung oleh tokoh yang terlibat dalam pertempuran 10 November sebagai anggota BKR Pelajar Darmo 49 (Staf I pimpinan Mas Isman), Gatut Kusumo Hadi. Film berangkat dari Pemerintah Daerah Jawa Timur, kini Provinsi Jawa Timur, untuk memperkuat identitas kota Surabaya sebagai kota Pahlawan.